Senin, 31 Maret 2014

Esai "Serius Berkomitmen dalam Reformasi Pendidikan"



Serius Berkomitmen dalam Reformasi Pendidikan

Negara Indonesia kaya akan sumber daya alam (SDA), yang sayang sekali apabila tidak dilengkapi dengan sumber daya manusia (SDM). SDM yang berkualitas tentunya mampu memanfaatkan SDA menjadi sesuatu yang bernilai tinggi. Salah satu cara meningkatkan kualitas SDM, yaitu melalui pendidikan. Pendidikan dewasa ini telah mengalami banyak perubahan sistem, dengan tujuan perbaikan pada bidang pendidikan. Sistem pendidikan di Indonesia tidak dapat disalahkan atas fakta yang menghawatirkan pada pendidikan saat ini.

Sebagai sentral dari segala bidang, pendidikan memang memerlukan perbaikan. Akan tetapi perbaikan yang diusulkan haruslah terprogram dan sistematis. Terprogram maksudnya dilaksanakan dengan adanya pemikiran mengenai langkah-langkah pelaksanaannya, seberapa besar manfaat dan bagaimana pula dampaknya. Sistematis artinya dilaksanakan sesuai tahapan-tahapannya, dari yang paling sederhana sampai yang komplek, hingga tercapainya tujuan pendidikan yang efektif dan efesien.

“Tujuan dari pelaksanaan pendidikan itu sendiri adalah untuk mengemangkan kualitas SDM sedini mungkin, terarah, terpadu dan menyeluruh melalui berbagai upaya. Dari tujuan tersebut, pelaksanaan pendidikan Indonesia menuntut untuk menghasilkan peserta didik yang memiliki kualitas SDM yang mantap”, (Aiyelei: 2012).

Apabila perbaikan telah terprogram dan dilaksanakan secara sistematis, ada satu hal yang terpenting, yaitu komitmen, sejauh dan sebesar apa komitmen dalam mengadakan reformasi pendidikan. Segala niat perubahan yang ingin diwujudkan, hanya akan sebatas khayalan jika diusulkan tanpa adanya komitmen yang kuat. Komitmen aka melahirkan kesungguhan, dan kesungguhan tercermin dari usah-usaha yang dilakukan, sehingga reformasi pendidikan benar-benar berjalan merata.

Diperlukan strategi yang efektif dalam reformasi pendidikan, dimana adanya tahap perencanaan, pelaksanaan, kriteria keberhasilan, dan pengawasan yang ketat dan bermakna, serta perlu pula adanya laporan tiap tahunnya sebagai bahan pernilaian dan pertimbangan dari reformasi yang telah diterapkan tadi. Ini tentunya akan terlaksana karena adanya komitmen yang kuat sehingga dapat dipertanggung jawabkan.

Reformasi pendidikan, haruslah didasarkan pada realitas sekolah yang ada, sehingga permasalahn yang perlu dipecahkan dapat dibicarakan secara utuh, jelas dan realistis. Reformasi yang dapat terwujud secara merata, efektif dan efesien tentunya tidak pula terlepas dari faktor pendukung lainnya. Jika pada sistem pendidikan menuntut nilai-nilai karakteristik kepada siswa, tentunya bukan hanya sebatas konsep saja, melainkan perlu pengaplikasian dari pihak-pihak terkait. Apabila siswa dituntut untuk mampu berkata jujur, maka menjadi pertanyaan bagi guru, kepala sekolah dan pihak yang lebih tinggi lainnya. Jika dari jenjeng tertinggi saja tidak dapat membuat perubahan maka bagaimana bisa mengubah siswa-siswanya.

Contohnya, UN dijadikan momok yang menakutkan, mulai dari kepala daerah, kepala sekolah, guru dan siswa.  Kepala daerah karena kepentingan daerah menuntut kepala sekolah di sekolah terbaik yang ada di daerah tersebut untuk mampu bersaing dengan sekolah yang ada di daerah lain, dalam konteks ini hasil UN. Kemudian kepala sekolah meminta agar para guru dapat membantu siswa-siswa mereka dalam menghadapi UN, sehingga guru memaksa para siswa untuk mampu menjawab soal-soal UN dan memperoleh hasil terbaik.

Contoh di atas sudah menjadi rahasia umum, maka reformasi yang kita usulkan menghasilkan kegagalan, kegagalan yang sebenarnya dapat menjadi keberhasilan apabila reformasi dijalankan dengan sepenuh hati. Untuk itu, bagi semua elemen-elemen yang berkecimpung di dunia pendidikan haruslah memahami, menerapkan jiwa-jiwa patriot yang serius berkomitmen dalam reformasi pendidikan, dan semua ini insyaallah memiliki manfaat dan arti yang besar dalam pendidikan sebagai sentral dalam mengusung kemajuan Negara, dan bangsa Indonesia.
  
Jambi, 4 Mei 2013 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar