Senin, 31 Maret 2014

Materi Membaca Denah



Materi Membaca Denah
A.      Definisi Denah
Denah merupakan sebuah gambar yang memberi informasi serta  menunjukkan letak kota, jalan, gedung, dan ruang yang diwujudkan ke dalam symbol dank ode tertentu yang dapat dipahami oleh siapa pun yang membacanya.

B.       Manfaat Denah
1.     Memudahkan orang untuk mencari lokasi suatu tempat dengan tepat,
2.    Mempercepat orang mencari rumah/sekolah/kantor/ tempat diselenggarakannya suatu  acara (seperti wisuda, pernikahan, dan syukuran),
3.     Menghindari kesalahan dalam menemukan suatu lokasi.

C.      Cara membaca Denah
Hal-hal yang harus dikuasai dalam membaca denah:
1.    Memahami arah mata angin,
2.    Memahami simbol-simbol yang digunakan dalam denah,
3.    Memahami rute atau jalur dalam denah,

D.      Langkah-langkah Membaca Denah
1.    Bacalah judul denah terlebih dahulu
2.    Perhatikan keterangan pada denah
3.    Bacalah hubungan bagian-bagian denah
4.    Bacalah keseluruhan isi denah


NB:
Meskipun denah memiliki fungsi yang sama dengan peta, yaitu sama-sama menunjukkan jalan. Akan tetapi keduanya berbeda, karena didalam pembuatan peta ada unsur-unsur yang harus dipenuhi seperti (skala, orientasi, legenda, waktu pembuat peta), sementara di dalam denah itu tidak diperlukan.

Esai "Cerdas dengan Emansipasi"



Cerdas dengan Emansipasi

Semua wanita tentunya mendambakan suatu kebebasan, tetapi apa sebenarnya kebebasan itu? Kebebasan sering kali diidentikkan dengan pilihan. Dengan  demikian kebebasan berarti suatu keadaan di mana seseorang memiliki kesempatan dan peluang dengan pilihan yang dapat menjadikan seseorang tersebut lebih baik
lagi.

Membahas kebebasan, tentunya mengingatkan kita kepada emansipasi wanita. Emansipasi wanita pada hakikatnya adalah usaha wanita untuk memperoleh kesamaan hak dengan laki-laki, yang tujuannya agar wanita lebih cerdasdan cakap dalam melaksanakan kewajibannya. Kewajiban sebagai seorang istri bagi suami dan kewajiban sebagai seorang ibu bagi anak-anaknya.
Antara hak dan kewajiban tentunya harus berjalan dengan seimbang, ibaratkan seseorang yang bersepeda, Ia harus menjaga keseimbangan agar tidak terjatuh. Jika kita hanya mementingkan hak atau mementingkan kewajiban saja, tentunya hidup ini menjadi kurang lengkap. Seseorang yang lebih mementingkan hak dapat dikatakan adalah orang yang egois, karena menelantarkan dalam konteks ini keluarga.
  
Pada masa kini tidak dapat dipungkiri bahwa wanita telah memiliki kesamaan hak dengan laki-laki, mulai dari pendidikan hingga pekerjaan. Keadaan tersebut
tidaklah buruk, akan tetapi akan menjadi bencana apabila wanita tidak mampu
menyikapi emansipasi secara cerdas. Banyak anak yang gagal dikarenakan salah
satunya kurang perhatian dari seorang ibu. Wanita sebagai tiang negara, juga
tepat dikatakan wanita sebagai tiang keluarga.

Dapat kita temui beberapa wanita Indonesia tidak mampu menyikapi emansipasi dengan cerdas, dapat juga dikatan wanita yang gagal. Dikatakan demikian karena beberapa wanita ini hanya mementingkan kepentingan pribadinya, sehingga sedikit waktu untuk dapat berkumpul besama keluarga, dan berbagi kasih sayang dengan keluarga. Maka sebaiknya emansipasi perlu disikapi secara cerdas, agar wanita dapat bereksplorasi namun tidak menyalahkan kodrat sebagai seorang wanita, karena emansipasi sendiri membawa kebaikan terhadap wanita Indonesia.

 Seperti yang kita ketahui, sebelum adanya emansipasi wanita dianggap memiliki kedudukan yang sangat rendah, dan saat ini bagian tersebut hanya menjadi sejarah. Emansipasi semakin gencar dibicarakan, akan tetapi  sampai hari ini masih banyak dari wanita Indonesia yang tidak mempertahankan emansipasi , kesamaan hak yang telah diberikan.
  
Berbeda dengan wanita yang hanya mementingkan hak, sebagian dari Wanita Indonesia mengutamakan kewajiban dari pada menuntut hak. Sungguh mulia wanita-wanita yang setia menjalankan kewajibannya, seorang wanita yang setia mengabdi kepada keluarganya, memberikan kasih sayang dan perhatan penuh kepada keluarga. Akan tetapi sangat disayangkan jika emansipasi yang ada hanya sebatas tataran konsep saja, sangat disayangkan jika kita diberi kesempatan namun tidak memanfaatkannya.

Memperoleh kesamaan hak dengan laki-laki adalah kesempatan baik bagi kaum wanita untuk dapat mengeksplorasi, mengembangkan dan menyalurkan potensi yang ada dalam diri kita. Potensi yang apabila dikembangkan, disalukan tentunya mendatangkan kebaikan, seperti dapat menciptakan lapangan pekerjaan, dapat menyalurkan hobi sekaligus memperoleh penghasilan, serta dapat mengajarkannya kepada anak-anak kita, sehingga mereka memperoleh wawasan lebih dari Ibu, seorang wanita yang mereka banggakan.
  
Begitulah emansipasi berperan dalam kehidupan wanita, maka sebagai wanita kita perlu memahami hakikat emansipasi sesungguhya, dan mampu mengaplikasikannya tanpa menyalahkan kodrat sebagai seroang wanita. Karena seorang wanita yang hebat akan menghasilkan generasi-generasi bangsa yang hebat pula.
  
Jambi, 19 April 2013

Esai "Serius Berkomitmen dalam Reformasi Pendidikan"



Serius Berkomitmen dalam Reformasi Pendidikan

Negara Indonesia kaya akan sumber daya alam (SDA), yang sayang sekali apabila tidak dilengkapi dengan sumber daya manusia (SDM). SDM yang berkualitas tentunya mampu memanfaatkan SDA menjadi sesuatu yang bernilai tinggi. Salah satu cara meningkatkan kualitas SDM, yaitu melalui pendidikan. Pendidikan dewasa ini telah mengalami banyak perubahan sistem, dengan tujuan perbaikan pada bidang pendidikan. Sistem pendidikan di Indonesia tidak dapat disalahkan atas fakta yang menghawatirkan pada pendidikan saat ini.

Sebagai sentral dari segala bidang, pendidikan memang memerlukan perbaikan. Akan tetapi perbaikan yang diusulkan haruslah terprogram dan sistematis. Terprogram maksudnya dilaksanakan dengan adanya pemikiran mengenai langkah-langkah pelaksanaannya, seberapa besar manfaat dan bagaimana pula dampaknya. Sistematis artinya dilaksanakan sesuai tahapan-tahapannya, dari yang paling sederhana sampai yang komplek, hingga tercapainya tujuan pendidikan yang efektif dan efesien.

“Tujuan dari pelaksanaan pendidikan itu sendiri adalah untuk mengemangkan kualitas SDM sedini mungkin, terarah, terpadu dan menyeluruh melalui berbagai upaya. Dari tujuan tersebut, pelaksanaan pendidikan Indonesia menuntut untuk menghasilkan peserta didik yang memiliki kualitas SDM yang mantap”, (Aiyelei: 2012).

Apabila perbaikan telah terprogram dan dilaksanakan secara sistematis, ada satu hal yang terpenting, yaitu komitmen, sejauh dan sebesar apa komitmen dalam mengadakan reformasi pendidikan. Segala niat perubahan yang ingin diwujudkan, hanya akan sebatas khayalan jika diusulkan tanpa adanya komitmen yang kuat. Komitmen aka melahirkan kesungguhan, dan kesungguhan tercermin dari usah-usaha yang dilakukan, sehingga reformasi pendidikan benar-benar berjalan merata.

Diperlukan strategi yang efektif dalam reformasi pendidikan, dimana adanya tahap perencanaan, pelaksanaan, kriteria keberhasilan, dan pengawasan yang ketat dan bermakna, serta perlu pula adanya laporan tiap tahunnya sebagai bahan pernilaian dan pertimbangan dari reformasi yang telah diterapkan tadi. Ini tentunya akan terlaksana karena adanya komitmen yang kuat sehingga dapat dipertanggung jawabkan.

Reformasi pendidikan, haruslah didasarkan pada realitas sekolah yang ada, sehingga permasalahn yang perlu dipecahkan dapat dibicarakan secara utuh, jelas dan realistis. Reformasi yang dapat terwujud secara merata, efektif dan efesien tentunya tidak pula terlepas dari faktor pendukung lainnya. Jika pada sistem pendidikan menuntut nilai-nilai karakteristik kepada siswa, tentunya bukan hanya sebatas konsep saja, melainkan perlu pengaplikasian dari pihak-pihak terkait. Apabila siswa dituntut untuk mampu berkata jujur, maka menjadi pertanyaan bagi guru, kepala sekolah dan pihak yang lebih tinggi lainnya. Jika dari jenjeng tertinggi saja tidak dapat membuat perubahan maka bagaimana bisa mengubah siswa-siswanya.

Contohnya, UN dijadikan momok yang menakutkan, mulai dari kepala daerah, kepala sekolah, guru dan siswa.  Kepala daerah karena kepentingan daerah menuntut kepala sekolah di sekolah terbaik yang ada di daerah tersebut untuk mampu bersaing dengan sekolah yang ada di daerah lain, dalam konteks ini hasil UN. Kemudian kepala sekolah meminta agar para guru dapat membantu siswa-siswa mereka dalam menghadapi UN, sehingga guru memaksa para siswa untuk mampu menjawab soal-soal UN dan memperoleh hasil terbaik.

Contoh di atas sudah menjadi rahasia umum, maka reformasi yang kita usulkan menghasilkan kegagalan, kegagalan yang sebenarnya dapat menjadi keberhasilan apabila reformasi dijalankan dengan sepenuh hati. Untuk itu, bagi semua elemen-elemen yang berkecimpung di dunia pendidikan haruslah memahami, menerapkan jiwa-jiwa patriot yang serius berkomitmen dalam reformasi pendidikan, dan semua ini insyaallah memiliki manfaat dan arti yang besar dalam pendidikan sebagai sentral dalam mengusung kemajuan Negara, dan bangsa Indonesia.
  
Jambi, 4 Mei 2013 

Kritik Novel “Meretas Unggu” Karya Pipiet Senja



Kritik Novel “Meretas Unggu” Karya Pipiet Senja

Pipiet Senja, seorang penulis senior yang karyanya banyak meramaikan khasanah dunia sastra Indonesia, Menurut Zaky (2013) “Pipiet Senja telah menulis 28 novel populer, 28 buku anak, 33 novel Islami dan 23 antologi puisi bersama. Total hingga kini ada 105 buku, belum terhitung ratusan cerpen dan puluhan novel Bahasa Sunda yang bertebaran di puluhan media.”. Pipiet Senja adalah sebuah nama pena dari Etty Hadiwati. Meretas Unggu judul yang dipilih oleh Pipiet Senja memiliki makna kias, dapat dimengerti bahwa novel ini menceritaka perjalan seorang wanita sebagai seorang janda, atau lebih dikenal dengan single parent. Meretas yang berarti terputusnya atau terbukanya jahitan, disini mengandung arti jalinan kekeluargaan antara suami-istri, ungu sendiri menjadi symbol dari seorang janda.

Sebagai seorang single parent tentunya tidaklah mudah, Diah Paramesti begitulah nama tokoh dalam cerita. Seorang Ibu dengan tiga anak harus menghadapi perceraian dengan usia pernikahan yang tidaklah singkat, sehingga harus berusaha sendiri dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Cerita Meretas Ungu penuh dengan gejolak emosi. Dengan permasalahan-permasalahan yang hidup, permasalahan yang hadir di sekitar kita. Permasalahan dimulai dari seorang wanita bernama Lience Tambayong sebagai istri kedua dari Domu Siregar, yaitu suami dari Diah Paramesti, disusul dengan perceraian Diah dan Domu, usaha-usaha Diah melawan gejolak emosi kesedihan, permasalahan-permasalahan terus berdatangan, ditambah lagi cibiran beberapa tokoh karena status yang disandang Diah, seorang Janda.

Ide cerita ini ditulis oleh Pipiet Senja berdasarkan pengalaman pribadinya, yang pernah dua kali bercerai, selain itu dapat dilihat dari tokoh-tokoh yag nyata dalam ceritanya, seperti Anak Diah Paramesti dengan sapaan Butet, suami Diah seorang keturunan Batak dengan marga Siregar, serta nama tokoh Diah itu sendiri, bisa dikatakan di ambil dari namanya Hadiwati, juga beberapa tokoh lainnya. Begitu pula dengan setting tempat, yaitu berada di Bandug, Jawa Barat.

Kelebihan Novel ini, yaitu menceritakan kisah yang menjurus kepada wanita yang memang sering diangkat sebagai tokoh utama dalam sebuah karya sastra. Karena ide cerita lahir dari pengalaman penulis pribadi, tentunya cerita lebih hidup dan memiliki karakter yang kuat maka siapa pun yang membacanya akan memperoleh pengalaman yang bernilai. Cerita yang dikemas dengan bahasa dan kisah-kisah yang menyentuh oleh penulis bukan hanya cerita cengeng, akan tetapi penuh imajinatif dengan hadirnya tokoh-tokoh baru, serta situasi dan kondisi yang berbeda. Disini juga memberikan rasa penasaran bagi pembaca untuk terus membaca bab berikutnya hingga selesai.

Jambi, 25 Mei 2013